Kenyataannya,
banyak sekali siswa yang suka sekali mencontek, ketika mereka menemui soal yang
sulit dalam ujian, atau bahkan saat mengerjakan PR pun mereka mencontek dengan
berbagai alasan. Beberapa alasan yang paling umum kita temukan adalah ‘lupa’. Kata
yang simpel namun jengah apabila kita dengar berulangkali. Sebagian siswa,
tentu ada pula anak yang tidak suka mencontek untuk alasan apapun sekalipun
nilainya terancam jelek. Biasanya, anak-anak yang tidak suka mencontek ini
memiliki 2 kepribadian ketika temannya mencontek. Yang pertama, ketika temannya
mencontek punyanya, ia mengatakan jawaban dengan asal-asalan karena tidak rela
hasil kerja kerasnya di copas begitu saja oleh temannya. Yang kedua, mereka
tetap memberi jawaban yang benar ketika temannya mencontek, namun dengan
perasaan yang tidak ikhlas.
Mencontek
itu bukanlah sebuah perbuatan baik yang patut dijadikan panutan, apalagi
dilestarikan turun-temurun dari generasI- ke generasi selanjutnya. Bukan. Setiap
siswa bisa saja menghilangkan ‘peradaban’ menconteknya apabila mereka memiliki
kesadaran untuk tidak selalu bergantung kepada orang lain dan yakin bahwa hasil
yang kita lahirkan dengan penuh perjuang peluh sendiri (ceileeeh) itu lebih berharga dan bermakna daripada hasil dari
mencontek milik orang lain.
Aku
tidak tau dimana letak kepuasan anak yang mencontek, dimana letak kebanggaan
mereka. Tapi, ketika kulihat temanku sendiri mencontek, aku tau apa yang
sebenarnya ada dipikiran anak-anak yang suka mencontek ini. Pertama, tuntutan orang tua agar nilai
anaknya bagus, kedua, kepuasan (yang aku juga gak tau darimana datangnya)
jika nilainya bagus dan tidak pernah memikirkan darimana datangnya nilai bagus
tersebut. Usaha sendirikah? Atau hasil mencontek? Ketiga, mereka kebanyakan ikut-ikutan teman-temannya. Karena,
temannya yang lain mencontek, akhirnya ia sendiripun melestarikan ‘peradaban’
mencontek tersebut.
Keuntungan
mencontek ? Apa sih keuntungan mencontek sebenarnya? Aku sendiri juga bingung. Bagi
orang malas, mungkin :
1. Nilainya bagus
1. Nilainya bagus
2. Otomatis kalau nilainya bagus ya nggak kena remidi,kan?
3. Bangga dengan angka raport yang bagus-bagus. (sekali lagi aku bingung bangga darimana
kalau hasil jiplak?)
4. Membuat senang orang tua (yang biasanya menuntut anaknya dapat nilai bagus bagaimanapun caranya.)
Dannnnn.. banyak lagi alasan lainnya yang menjadi privasi
masing-masing anak.
Aku
sendiri termasuk orang yang anti nyontek. Berapapun nilai yang kudapatkan, aku
berusaha agar nilai-nilai itu asli dari usahaku sendiri, entah belajar sampai
otak serasa kebakar atau hangus, dan aku paling gak suka sama anak yang tukang
nyontek. Bagaimana mereka bisa senang-senang dapat nilai bagus tanpa belajar
atau belajar pas-pasan dengan tidak mempedulikan anak-anak disekitarnya yang
belajar mati-matian untuk mendapat nilai yang bagus juga.
Terkadang
hal yang menjengkelkan dan kita sering temukan adalah bahwa anak yang mencontek
nilainya lebih tinggi dibandingkan anak yang telah belajar mati-matian dan
selalu berusaha untuk tidak mencontek. Menyebalkan, kan? Mungkin sebagian dari
kalian akan merasa ‘biarin ajah, yang penting heppy’ atau ‘terserah aku donk
mau nyontek atau nggak, itu kan urusan aku!’, right? But, ayolah kawan.. untuk
apa sih membudidayakan hal yang gak kreatif macam mencontek? Jika nanti,
teman-teman kita sudah gak ada dan tinggallah kita seorang diri, kita mau dan
bisa apa memangnya? Ilmu taawudz,
kan? (:D) ilmu ngawur alias cap cip cup.
Yah..
mungkin itu memang lebih baik ketimbang mencontek, tapi akan lebih baik lagi
jika kita belajar dan gak perlu cap cip cup saat ulangan. Ketika ujian, mungkin
akan ada beberapa soal yang kita nggak ingat atau nggak baca ketika belajar,
tapi itu bukanlah alasan untuk membudidayakan dan ‘membangun peradaban’
mencontek. Biasanya, aku akan menuliskan sekenanya yang ada di otakku, dan
memperkirakan baik-baik ‘kira-kira’ mana atau bagaimana jawaban yang seharusnya
dari soal itu. Gak perlu khawatir, gugup, keringetan, adem-panas, segala. Hal seperti
ini wajar ada dalam ujian. Jika kita kerjakan sendiri, kita tidak perlu takut
siapapun pengawas yang akan berjaga saat ujian, sekalipun tiap pengawas duduk
di depan kita juga nggak masalah jika kita mau berpikir dan mengerjakan sendiri
soal itu.
Mungkin
di antara kalian ada yang kesulitan mncerna atau memahami pelajaran, sehingga
takkan ada hal lain yang terlintas di pikiran kita selain mencontek. Berikut ini
aku berikan beberapa tips menurut pengalamanku sendiri bagi kalian agar belajar
dan menghadapi ulangan ‘sendiri’ :
1. . Pahami,
bukan menghapal pelajaran. Jika menghapal, begitu kita mengalami suatu
kejadian tak terduga atau yang membuat kita gugup, ilmu itu bisa menguap begitu
saja padahal sudah menghapalnya mati-matian. Salah satunya, padankan kata
dengan hal-hal apapun yang menarik menurut kita, seperti : ‘Tanah Panjaen : tanah yang diberikan orang tua pada anaknya
ketika ia sudah menikah.’ Kita bisa mengiustrasikannya dengan kata ‘Manja’, manja biasanya kita artikan
sebagai anak mama, yang selalu minta sesuatu yang bukan hasil usahanya sendiri.
Nah, jika kita analogikan seperti itu, kita akan mengingat apa itu Tanah
Panjaen. Mungkin menurut kalian, ini hanya kebetulan mirip atau bisa diterima
akal, tapi percayalah.. cobalah dengan melakukan hal seperti ini dalam sistem
hapalan sekelas sejarah, geografi, atau antropologi. Yang penting, lakukan
dengan senang hati dan bebas berimajinasi ..
2. Untuk
rumus-rumus sejenis IPA atau Matematika, baiknya kita tulis pada selembar
kertas. Hal ini juga bisa berlaku pada nomor 1, karena penelitian
menunjukkan, menulis dapat meningkatkan daya ingat. Dan hal yang terpenting
lagi adalah memahami..
3. Ketika sudah memahami dan menghapal, tapi tetap
ketika ujian, kita lupa. Kita bisa
merangkai kata-kata sendiri menurut pemahaman kita. Tidak perlu ‘plek’
seperti di buku, cukup apabila kita ambil intinya trus kita karang sendiri
kalimatnya. Hal ini membutuhkan pemahaman ketika menghapal. Jadi, sekalipun
kita lupa, kita bisa mengingat 1-2 kata kunci yang merupakan jawaban, lalu
buatlah karangan indah pada lembar jawaban. Maksudku, terserah apapun yang
kalian tulis, yang penting intinya itu. Hal ini sering kuterapkan pada
ujian-ujian yang membutuhkan hapalan dan aku paling senang jika ujian essay
karena aku bisa mengarang indah sekalipun sebenarnya aku tidak hapal
jawabannya, setidaknya aku paham 1-2 kata kuncinya.
4. Percaya
diri dan pantang menyerah. Sekalipun godaan contek menebar, tetap putuskan
sendiri jawaban mana yang akan kau pilih. Jika itu soal objektif, lebih baik
pikirkan kira-kira mana yang masuk akal untuk dijadikan jawaban. Jangan pakai metode cap cip cup.
Sungguh, akan lebih lega jika hasil itu adalah hasil dari usaha keras kita sendiri. Ayo jadi generasi yang berguna bagi bangsa dan negara J Hilangkan budidaya dan ‘peradaban’ mencontek. Berjuang sendiri akan terasa lebih lebih lebih jauuuuuuhhh puass.. ketimbang mencontek.
Sekian postingan kali ini, semoga
bermanfaat. Terima kasih. J
ReplyDelete✔ alat pembesar penis
✔ obat kuat sex
✔ obat pembesar penis
✔ obat perangsang wanita
✔ produk kesehatan
✔ sex toys pria
✔ sex toys wanita
✔ obat pelangsing badan