Ratna Juwita
Readers,
apakah kalian penggemar novel bergenre fantasi? Kalau iya, apa novel fantasi
favorit kalian? Harry Potter karya JK. Rowling? Hmm, kalau ini mah
kesayangan semua umat ya hehe. Aroma Karsa atau Supernova karya
Dee Lestari? Atau Palagan Nusantara dan Dharitri-nya Nellaneva?
Yang manapun pasti seru banget kalau fantasi, iya nggak?
Kali
ini aku bawain kalian sebuah novel bergenre fantasi dan yang terpenting adalah
novel ini ditulis oleh orang Indonesia alias fantasi lokal! Yey! Ketika bukunya
berada dalam genggaman, aku nggak sabar banget pengin cepat-cepat membacanya.
Kenapa? Novel ini merupakan salah satu bukti bahwa geliat literasi Indonesia sudah
mulai berkembang sedikit demi sedikit. Aku berharap, akan ada semakin banyak
novel karangan penulis Indonesia yang tidak melulu bergenre romansa, tapi
memang pembaca di Indonesia kebanyakan anak remaja sih. Hehe.
Oke
deh, mari simak review-ku tentang novel ini!
Judul : The Aleasah Heroes
Penulis : Lius A.
Penerbit : Indie Book Corner
Tahun Terbit : Cetakan Kedua, 2019
Tebal : 274 hlm.
ISBN :
978-602-309-413-4
Rate : 3.5/5
Lima tokoh, lima petualangan, dalam
satu kisah.
Ranor, pemuda yang memburu Azmot
untuk membalaskan kematian keluarganya.
Yohana, penyihir Chadavis yang
bertualang menjaga kedamaian di Aleasah.
Sa Mair, pemimpin kaum raksasa yang
menjelajah untuk menyatukan kembali para raksasa.
Tagir, kurcaci dari negeri
timur yang berkelana di Aleasah demi menyelamatkan istrinya yang diculik.
Oscar, putra kerajaan Girandir yang bertekad
menaklukkan daratan Aleasah, apapun bayarannya.
Sebuah kisah berskala besar dalam
upaya setiap tokoh mencapai tujuan dan mengubah nasib seluruh daratan Aleasah.
- · Sekilas Tentang Penulis
Lius A. atau memiliki nama lengkap
Lius Apriyanto. Ia saat ini berdomisili di Bekasi. Selain sibuk menulis, Lius
juga bekerja sebagai wiraswasta. Penulis bisa dihubungi melalui surel:
liusapriyanto90@gmail.com.
- · Judul
“The
Aleasah Heroes” sepertinya diambil oleh Lius sebagai judul buku karena melihat
geliat para super hero mancanegara di Indonesia. Sebut saja film Avengers:
Endgame, Spiderman: Far From Home, dan sebagainya yang ditayangkan
di bioskop baru-baru ini. Memang sepertinya Indonesia butuh kemunculan banyak “hero”
agar tidak tergerus begitu saja oleh hero mancanegara dan novel ini adalah
salah satu jawabannya.
Novel
ini adalah buku pertama dari serial The Aleasah Heroes nantinya.
Judulnya cukup menarik akarena melibatkan nama yang asing di telinga: Aleasah. Tidak
familiar, tapi mudah diingat dan remarkable. Aku sendiri langsung
mengingat nama itu sepanjang waktu begitu membaca judulnya itu. Membuatku gemas
ingin segera membacanya, tapi banyak bentrok dengan kegiatan lain. Hehe.
- · Cover
Cover
adalah bagian yang paling aku suka dari novel ini. Penampakan luarnya sangat
meyakinkan. Pedang-pedang dari yang berukuran kecil hingga besar, menancap di
tanah. Pedang yang paling depan, terbalut bendera yang koyak berwarna dasar
biru dan lambang merah. Kobaran api memenuhi sekelilingnya seolah mengatakan
ada hal yang sangat mendesak terjadi di Aleasah!
- · Isi Buku
Isi
dari novel ini sama seperti yang tertuang pada bagian sinopsis. Hanya saja,
versi yang sangat panjang. Hehe. Para tokoh utama, yaitu Ranor, Yohana, Sa
Mair, Tagir, dan Oscar berjuang demi tujuan mereka masing-masing. Tentu saja
tidak ada hal yang mudah. Ranor kehilangan desa, keluarga, teman, dan tempat
tinggal, habis dihancurkan oleh Azmot, si raksasa yang kejam dan merupakan salah
satu perusuh kedamaian di Aleasah.
Yohana,
sang penyihir yang selalu setia ditemani oleh Albert, seekor burung hantu.
Mereka berjuang demi kedamaian di Aleasah. Yohana jugalah orang yang
menyelamatkan adik Ranor, satu-satunya yang selamat dari kehancuran di desa. Sa
Mair, pemimpin raksasa yang ambisius. Ia mengobarkan perang dengan kerajaan
Girandir.
Tagir,
kurcaci buruk rupa yang mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan istrinya
yang dibawa oleh para penculik. Ia menyeberangi lautan, daratan, mendaki gunung,
dan menuruni lembah (hmm kayak pernah dengar lagunya hehe), tak gentar melawan
para penculik yang tubuhnya berkali-kali lipat besarnya dari tubuhnya.
Juga
Oscar, yang mempertahankan kerajaan Girandir, berperang dengan para pasukan
raksasa Sa Mair.
- · Kesan
Perlu
aku akui, Readers, bahwa sebenarnya aku tidak terlalu banyak
berharap pada novel fantasi lokal. Namun, novel ini menepis keraguanku itu.
Sejak
membaca halaman pertama, aku takjub dengan kalimat-kalimat yang sederhana, kata
demi kata yang disusun dengan baik, serta paragraf yang pendek-pendek. Bahasanya
sangat ringan dan deskripsinya sangat mudah diikuti. Sebelumnya, aku pernah
membaca novel fantasi lokal yang menggunakan bahasa yang lumayan njelimet.
Bahkan, satu paragraf bisa terlihat sangat panjang dan satu kalimat berisi
lebih dari 15 kata. Wow. Tentu aku lumayan jenuh ketika membacanya.
Namun,
isi novel ini benar-benar tertata dengan sangat baik. Kalimat demi kalimat, paragraph
demi paragraph, dan hebatnya: MINIM TYPO. Untuk ukuran novel sepanjang
ini, aku hampir tidak menemukan typo yang bertebaran seperti yang sering
aku lihat dalam novel-novel lain. Bahkan, pada novel yang jauh lebih singkat
dari ini.
Mungkin,
hal itulah yang membuatku betah berlama-lama dengan novel ini. Walaupun
tergolong panjang, susunan bukunya membuat novel ini jadi terlihat lebih tipis
daripada seharusnya dengan memaksimalkan jumlah kalimat dalam satu halaman.
Bisa dibilang, mungkin novel ini menggunakan margin narrow.
Lius
berusaha melakukan pendekatan yang berbeda melalui novelnya ini. Jujur saja,
baru kali ini aku membaca novel dengan gaya tulisan yang seperti ini. Setiap
tokohnya memliki chapter tersendiri yang dibagi ke dalam beberapa judul,
misalnya, “Chapter 1: Ranor”, “Chapter 2: Yohana”, dan sebagainya. Intinya,
pemisahan chapter tersebut berfungsi menandakan penggalan cerita tokoh mana
yang sedang dikisahkan oleh Lius.
Selain
itu, chapter dalam novel ini juga menandakan lompatan peristiwa dari satu tokoh
ke tokoh yang lain. Misalkan di chapter pertama, penulis menceritakan mengenai
Ranor yang sedang memburu Azmot dan berhenti di sebuah adegan, kemudian
ceritanya akan bersambung lagi di chapter enam, begitu seterusnya. Namun, tidak
ada penanda yang pasti kapan sambungan cerita si tokoh yang sama akan muncul.
Entah dua chapter berikutnya, lima chapter berikutnya, atau beberapa chapter
berikutnya. Tidak pasti.
Pendekatan
yang digunakan oleh penulis ini mengingatkanku pada lompatan cerita ketika kita
sedang menonton film. Dalam film, biasanya juga akan terjadi lompatan penggalan
cerita dari sudut pandang satu tokoh, dengan tokoh lainnya. Nah, mungkin bisa
dibayangkan seperti itulah novel ini.
Ini
adalah sebuah gaya bercerita yang baru dan inilah yang membuat novel ini
berbeda dari novel-novel lainnya!
Cerita
para tokohnya dituturkan dengan sangat halus, adegan demi adegan, kegagalan
demi kegagalan, serta deskripsi gerakan yang imajinatif! Benar-benar seperti
sedang menonton film aksi! Eh ini tadi aksi atau fantasi ya? Dua-duanya deh!
Hehe.
- · Bagian Favorit
Bagian
favoritku dari buku ini adalah ketika Tagir dicium oleh seorang penjaga.
Benar-benar mengocok perut. Yaks. Aku sampai jijik membayangkannya, tapi justru
adegan itu yang terus terpatri di ingatanku. Aku sampai kaget karena mengira
ada adegan dewasa dalam novel ini, ternyata hanya karena penjaga itu sedang
mabuk dan tengah berhalusinasi, terbangun dari mimpirnya dengan tidak sadar.
Hahaha.
Seperti
ini nih adegannya:
Perlahan si kurcaci mendekati penjaga pertama yang tertidur. Dengan hati-hati, Tagir mencuil-cuil pinggang pria itu menggunakan gagang kapaknya. “Oslum di mana?” tanya si kurcaci dengan suara parau.
Setelah beberapa saat, akhirnya penjaga pertama terbangun. “Maria, kemarilah,” rayu penjaga mabuk itu. Penjaga itu menjambak rambut ikal Tagir dan menarik kepala Tagir mendekati mulutnya. Si kurcaci terperangah dan mencoba melepaskan cengkraman penjaga. Namun Tagir tak cukup cepat. Mata penjaga terbuka lebar saat ia mencium kurcaci itu dengan penuh gairah.
Sejenak penjaga pertama memandangi wajah buruk rupa dengan kumis oranye tebal di hadapannya. Penjaga itu terkejut dan menjerit seperti perempuan. Tagir bahkan menjerit lebih kencang. (hlm. 17)
Aku
langsung tertawa membacanya. Sepertinya, penulis perlu menyelipkan banyak humor
seperti ini supaya perhatian pembaca semakin tak teralihkan dari novel ini.
- · Kutipan Favorit
“Pergilah, Tagir, temukan dia, dia yang kau cintai jauh melebihi apa pun.” (Pak Tua, hlm. 123)
Duh,
kutipannya bikin baper! Kentara sekali Tagir berusaha mati-matian menyelamatkan
istrinya, Parla, dari para penculik. Sebuah perjuangan yang menggugah hati.
- · Kekurangan
Novel
ini sebenarnya sudah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan untuk membangun
sebuah cerita. Sejarah, tokoh yang beragam, intinya world building-nya
sudah pas. Namun, hal yang mengganjal adalah sejarah itu dituliskan di bagian
akhir buku. Sebaiknya, bagian yang penting seperti sejarah Aleasah, macam-macam
kerajaan di Aleasah, para makhluk yang tinggal di Aleasah, semua diceritakan di
awal novel. Dengan begitu, pembaca akan lebih dulu memahami Aleasah sebelum
membaca cerita para tokohnya.
Tokoh
pembantunya sangat banyak! Aku sebenarnya tidak masalah dengan banyaknya tokoh
di dalam sebuah cerita. Seperti di film animasi “Shingeki no Kyoujin” yang
bahkan, tokohnya mati satu per satu sejak awal episode. Hanya saja, penulis
kurang memberi detail dan history background pada semua tokohnya, serta
ciri fisik dan karakter yang membedakan antara satu tokoh pembantu dengan tokoh
pembantu lainnya.
Aku
memang tidak terlalu mengerti mengenai pembangunan karakter dalam sebuah
cerita, tepatnya aku juga belum menguasai. Akan tetapi, sejauh ini yang aku
baca dari banyak novel lainnya, hal yang membuat seorang tokoh itu diingat
adalah karakternya, sekalipun hanya tokoh pembantu.
Kemudian,
akan lebih baik lagi kalau dilampirkan peta Aleasah dan diberi penjelasan
mengenai sejarah Aleasah. Bukan hanya makhluk-makhluk yang mendiaminya,
melainkan juga sejarah adanya Aleasah itu sendiri. Misalnya, letak Aleasah,
apakah Aleasah ini berada di sebuah planet, atau bumi ini, atau Aleasah ini
justru merupakan daratan yang menyatu setelah ribuan tahun lalu terjadi kiamat
besar di bumi, dan sebagainya. Intinya, hal ini akan sangat membantu pembaca masuk
ke dalam cerita.
Ketiadaan
peta membuatku bingung ketika penulis hanya menyebutkan “Pegunungan Zeot” misalnya. Aku
tidak tahu letak tepatnya Pegunungan Zeot. Apakah di sebelah Oslum, ataukah di tempat lain?
Penulis perlu memberikan hal special yang akan diingat pembaca mengenai sebuah
tempat, misalnya Pegunungan Zeot adalah sumber mineral di bagian paling barat Aleasah, sebuah pegunungan yang penuh jurang yang di dasarnya hidup ular dengan panjang mencapai 20 meter, konon katanya Pegunungan Zeot dulunya
adalah daratan bernama Afrika, dan sebagainya. History background, baik
untuk tempat maupun tokoh, adalah hal yang menurutku sangat krusial dalam cerita
fantasi.
Selain
itu, aku juga merasa novel ini kurang memberikan quote-quote yang
menggugah hati pembaca. Mungkin ini terlihat sepele, tapi quote memengaruhi
kedalaman cerita dan kedalaman rasa suka pembaca pada sebuah buku. Mungkin akan
lebih baik lagi kalau disajikan banyak kalimat-kalimat yang mengena, baik
mengenai kehidupan, cinta, dan lainnya.
- · Kesimpulan
Aku
sangat menyukai novel ini karena gaya bercerita penulis yang menurutku sangat
luwes. Gaya bahasanya mudah diikuti oleh siapapun, baik remaja maupun orang
dewasa. Tidak banyak menggunakan bahasa yang sulit dan MINIM TYPO. Ide
ceritanya terasa sangat orisinal dan aku senang sekali membaca novel ini. Sudah
lama aku tidak membaca cerita fantasi lokal. Novel ini terasa seperti angin sejuk!
Aku harap, beberapa tahun lagi buku di Indonesia tidak didominasi oleh genre
romansa lagi. Hehe. Harapannya, sih ya, buku seperti ini yang mulai banyak
dipajang di rak-rak toko buku.
Meskipun
masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, tapi secara keseluruhan novel ini
sangat layak untuk dibaca dan dinikmati oleh kalian! Novel ini akan melengkapi
koleksi novel fantasi lokal favorit kalian di rumah!
Halo kak. Makasi untuk review ny. XD
ReplyDeleteSegala kekurangan akan saya perbaiki untuk menambah kepuasan pembaca.
Jujur saja, saya juga baru kepikiran buat quote2 setelah selesai submit. Wkwkwk..
Untuk peta sebenarnya sudah ada di halaman setelah daftar isi. Namun, karena dari percetakan burem. Jadi mungkin luput dari penglihatan pembaca. TT
Sekali lagi, terima kasih kak untuk review nya.
Halo Ka Lius <3
DeleteTerima kasih banyak sudah mampir ke blog saya wkwk
Ceritanya bagus banget Ka dan untuk seorang penulis baru tuh novel ini termasuk wow. Apalagi genrenya fantasi. Keren gitu hehe bosen sama romance melulu.
Semoga review saya bisa jadi masukan supaya lebih berkembang lagi dan makin bagus lagi. Semangat dan sukses selalu ya Ka ><
Siap kak. Saya catat masukan2nya. Untuk novel berikutnya. Makasi banyak ya.
DeleteTerima kasih kembali :)
DeleteWahh pas banget aku lagi cari buku genre fantasy . Kayaknya Novel ini wajib banget buat jadi koleksi baru nihh :D
ReplyDeleteMantappp :D
DeleteWah keren banget kak novelnya. Pengen deh punya buku itu... Bisa buat tambahan koleksi novel fantasi ku nih.. hehe
ReplyDelete@kathrinadeline
DeleteSip sipp, nanti sharing sharing ya :)
DeleteMakasihh review nya kak, kerennn kebetulan suka banget sama novel fantasy, bisa jadi wishlist nihh�� (@Refinbl)
ReplyDeleteOkee sama sama yaa ๐ makasih juga udah mampir di blogku ๐
DeleteTerima kasih reviewnya kak. Keren bgt ulasannya. Sebelumnya aku blm prnah baca buku bergenre fantasi sih, tapi setelah baca ini jd tertarik mau baca juga. Hehe (@k.yuraa_)
ReplyDeletecoba deh, fantasi itu seru banget ๐
Deletemakasih juga udah mampir ya ☺️
Ini yg aku suka baca review di blog. Lebih lengkap dan teliti. Dari cover sanpai kesimpulan, dibahas disini. Huaaa jadi pegen kaaan. Fantasi favoritku.
ReplyDeleteHayuu diborong bukunya ๐คญ๐คญ
DeleteDari sekian review yg pernah aku baca di instagram, review versi blog ternyata lebih panjang, akan dengan otomatis aku bisa membaca setiap satu novel dengan rinci untuk setiap bagian-bagian mana yang memang harus dibahas. Memang, kak Ra ini salah satu reviewer yg cukup bisa menguasai setiap novel dengan gaya bahasa yg luwes dan menarik untuk diikuti sampai akhir kata, aku sebagai pembaca setia versi instagram cukup tidak asing dengan tulisan kak Ra. Sampai detik ini, aku masih banyak belajar untuk cara me-review yg benar dan enak dibaca sebagaimana tulisan kak Ra, meski dengan genre yg tak sama, sebagaimana kak Ra yg menyukai fantasi atau bahkan seluruh dari genre pun mampu dia babat dengan cukup handal, sedang aku yg hanya mampu menguasai islami dan romansa-romansa puisi ini bisa apa? Wkwk terlepas dari itu, untuk suatu kebiasaan membaca, aku akan belajar tidak pandang genre sekalipun genre awam yg bahkan belum aku baca sekalipun. Karena buku adalah jendela dunia, maka membaca adalah ladang dari setiap apa yg dikatakan perjalanan panjang demi mencapai masa depan. Terima telah mempengaruhiku untuk selalu membaca tanpa berpikir perihal suka atau tidak suka, kak :)
ReplyDelete(@ambarayd_)
Ho oh bener banget xD lebih baik sih lahap aja semua genre, baru menentukan genre kesukaan xD Biar wawasannya lebih luas aja gitu :D
DeleteTerima kasih kak review nyaa๐๐ Ulasannya sangat membantu. Aku pernah baca novel fantasi, tapi lupa judulnya. Soalnya punya teman dan judulnya pake bahasa inggris.
ReplyDeleteIg : @tantrim_20
Wadawww, buku apakah itu... kan aku jadi penasaran :d
DeleteAku sendiri sedang suka baca cerita fantasi, tapi premis novel ini terdengar terlalu rumit dan tidak begitu kuat. Wkwkwk. Tapi suka sama reviewnya yg lumayan detail| @x4bidden.books
ReplyDeleteHo oh bener, mungkin akan lebih baik lagi kalau tokoh utamanya engga terlalu banyak sih hehe,
DeleteAku dulu juga sempat meragukan cerita fantasi loka, sampai pas SMP aku nemu Ledgard (ini susah nyarinya, dan seingatku endingna agak nggantung dan dulu aku berharap ada lanjutanna). Ternyata cerita fantasi lokal tuh patut dipertimbangkan.. Lumayan banyak yang keren soalnya. ��
ReplyDeleteDuh, ini niat ngeracuni orang di lapak orang yang juga lagi ngeracun ya ceritanya? :D
Delete