Ratna
Juwita
Kira-kira,
berapa jarak terjauh yang pernah memberi “spasi” antara kamu dengan pasanganmu?
Seratus kilometer? Seribu kilo meter? Tanpa pernah berniat membandingkan, aku
pernah berada 8.457 kilometer jauhnya dari si doi.
Terus,
berapa lama kira-kira kamu biasa mengumpulkan rindu, satu per satu, hingga
akhirnya bisa meluapkan semuanya saat
bertemu?
Satu bulan? Enam bulan? Satu tahun? Hahahaha, sama. Dalam kasusku, kami bertemu
paling cepat setahun sekali. Itu pun hanya bertemu selama paling lama tiga
hari. Selebihnya? Chat dan telepon. Untung udah engga pakek surat lagi hehe.
Ah,
siapa sih yang masih asing dengan hubungan yang diberi nama Long Distance
Relationship atau disingkat LDR ini? Hubungan jarak jauh? Bagi sebagian
orang ini merupakan jenis hubungan yang menguras banyak tenaga dan terutama
emosi, sedangkan sebagian lainnya engga demen nih hubungan model begini. Wkwk.
Stigma
LDR sih biasanya “Capek. Capek hati dan pikiran” atau “Engga bisa percaya sama
doi yang di sana, entah kepincut orang lain apa engga” atau “Engga enak, engga
bisa jalan-jalan berdua sering-sering” atau “Malam minggu berasa jomlo”.
Hayoloh. Hahaha.
Memang
sih, menjalin hubungan jarak jauh itu sama sekali engga mudah, apalagi kalau
banyak godaan di depan mata *ups. Ada yang bikin nyaman, misalnya. Susahnya,
kita engga bisa selalu merasakan kehadiran tubuhnya di depan mata di saat kita
ingin atau rindu sudah engga bisa ditunda-tunda lagi. Pokoknya harus ketemu,
titik. Tapi gimana ☹ Ongkos
beda kota mah masih mending, nah ongkos beda negara? Adubo, orang kaya aja
kadang masih mikir-mikir buat ngabisin duit melenggang ke tempat doi berpijak
*ceilah. Apalagi yang engga ada duit. Hahahhaa. Gigit jari doang.
Oke,
ada fitur namanya video call juga sih, tapi karena aku juga bukan tipe orang
yang suka video call-an, telepon aja jarang (banget), aku jarang memanfaatkan
kecanggihan fitur itu. Ya, repot sih ya kalau orangnya kayak akum ah. Terus
gimana buat ngatasin rindu misalnya sama si doi yang nun jauh di sana itu? Hmm,
ya udah, dipendem aja. Hahahah. Kuat ya? Engga kok aku engga setegar itu :p
Asyiknya
nih ya, kalau LDR tuh kan setelah lamaaaaa banget engga bertemu, pas bertemu
tuh rasanya lega luar biasaaaaa. Akhirnya dong engga hanya sekadar lihat lewat
foto atau mimpi belaka, akhirnya fisiknya nampak di depan mata. Senengnya jduaar
jduaar kayak kembang api tahun baru. Hehe.
Karena
aku lagi kuliah di Jogja, biasanya doi nyamperin aku ke Jogja. Nah, di Jogja
kami biasanya pergi ke tempat-tempat hiburan gitu buat senang-senang, intinya
menghabiskan waktu berdua. Eits, tidak lupa juga menabung dari jauh-jauh hari
sebelum doi datang biar puas mau kemana pun, kuy. Kemarin sih, sudah tahun
ketiga kami menjalani hubungan jarak jauh gitu dan itu adalah kali ketiga juga
dia mengunjungiku. Ya sebenarnya sih pengin-pengin aja gentian mengunjunginya
di sana, hmm… duit mana duit :’D
Daaaann,
dari beberapa tempat yang kami kunjungi, aku paling suka jalan-jalan malam hari
di Sindu Kusuma Edu Park, sebuah taman hiburan di Jogja. Sebenarnya, kami
sempta bingung harus kemana lagi kami jalan-jalan karena biasanya lokasi tempat
hiburan di Jogja tuh jauh-jauh bisa sampai satu jam lebih perjalanan dari pusat
kota. Karena tidak ada kendaraan dan keterbatasan segala sesuatunya, kami Cuma bisa
memilih tempat-tempat di dalam kota Jogja saja dan kami menjatuhkan pilihan ke
Sindu Kusuma Edupark ini.
Tempatnya
di Jl. Jambon kecamatan Mlati, kota Sleman. Tidak jauhlah kalau dari kampus
tertjintah. Sesampainya di sana tuh waaaahhhh, aku langsung terpikat sama Bianglala
atau aku sendiri seenaknya nyebut bianglala itu sebagai “Jogja Eye” hahahaha.
Iya, copas dari London Eye-nya Inggris. Katanya sih bianglala di SKE ini tertinggi se Indonesia! Tentu saja aku langsung cuss ke sana :D
Engga
banyak tempat hiburan di Jogja yang ada bianglalanya. Paling biasanya kalau ada
acara Sekaten (acara tahunan untuk memperingati ulang tahun Nabi Muhammad) di
Alun-Alun Utara atau Selatan Jogja. Itu pun bianglala yang “seadanya”. Ya kecil
dan terkadang kebat-kebit juga mikirin keselamatan diri sendiri. Ingat
peristiwa yang sempat menggegerkan beberapa waktu lalu? Waktu ada sebuah wahana
bianglala yang salah satu sangkarnya saling tersangkut sampai terbalik? Ho oh,
serem banget!
Jogja Eye (Sebenarnya namanya sih Cakra Manggiling)
Nah,
kalau di Sindu Kusuma Edupark (SKE) ini beda. Entah kenapa aku yakin sama
keselamatan nyawaku. Aku sebenarnya takut banget sama ketinggian, tapi karena
aku suka banget sama bianglala, yaudah deh aku jabanin naik bianglala setinggi lima
puluh meter. Bakal jadi rekor tertinggiku naik bianglala!
Ehem,
ditambah lagi naiknya bareng doi kan. Suasananya mungkin bakal romantic gimana
gitu kan kayak di film-film atau drama-drama Korea. Hahahaha.
Waktu
udah bayar tiket yang harganya murah (banget), kami berdua pun naik Bianglala
yang ternyata engga berhenti, alias kalau mau naik yauda naik aja wkwkkw.
Bianglalanya engga bakal berhenti buat kamu. Cukup doi yang rela berhenti buat
kamu. Hiyahiyahiya.
Aku
bisa bilang, itu salah satu pengalaman yang aku paling suka ketika menikmati
waktu bersama doi! Kami tertawa, bercanda, ketakutan karena tingginya bianglala,
apalagi pas sampai paling puncak.
Sayup-sayup,
aku bisa dengar doi mulai ngomong, “Aku sayang kamu. Semoga kita terus bersama
till death do us part (sampai maut memisahkan kita).” Dalam mimpi.
Wwkwkwkwk.
Sebenarnya
pas lagi di paling puncak tuh aku berharap doi ngomong sesuatu yang romantis kayak
gitu kek, atau apa kek yang menggugah selera (?), tapi doi Cuma ketawa-ketawa
doang wkwkwkwk. Dia jarang nonton drama Korea sih, atau aku yang kebanyakan nonton?
Hahahaha.
Kalau
di drama-drama nih ya, kayaknya cowoknya bakal nembak atau bilang kalau dia sayang
banget sama si tokoh protagonisnya. Hahaha. Sejenis itu deh, tapi yasudahlah
doi bungkam seratus bahasa *eh.
Pemandangan kota Jogja dari Jogja Eye :D
Pemandangan
yang bisa aku nikmatin dari ketinggian tuh, lampu kota Jogja di malam hari yang
menurutku keren banget! Memang sih bukit bintang mungkin rajanya kalau soal menyajikan
pemandangan spektakuler lampu-lampu kota ya, tapi suasana bianglala itu beda!
Pokoknya beda. Kalau di Bukit Bintang, kita bisa menikmati sepuasnya, tapi kalau
di Jogja Eye, pemandangan itu perlahan-lahan muncul, mencapai puncaknya (sayang
engga ada kembang api sebagai bumbu baper suasana), lalu menghilang perlahan. Kayak,
momen yang engga akan kembali lagi sekali kamu melewatkannya. Hiyahiyahiya.
Filosofinya
mungkin sejenis, “Kamu hanya hidup sekali, tapi sekali saja sudah cukup jika
kamu memanfaatkannya sebaik-baiknya.” Uhuk!
Benar
banget sih, sama kayak aku sama doi. Ketemu sehari aja cukup, asalkan kami
memanfaatkan momen pertemuan itu sebaik-baiknya. Ahaaaayyy.
Tapi
beneran, LDR beda negara masih mending daripada LDR beda dunia. Cuma doa yang
bisa menjangkaunya :”) Buat kamu yang juga lagi LDR, semangat ya! Semoga
langgeng sampai tujuan (?). Dan semoga, rindu tidak buru-buru bertamu ketika
waktu kembali memberi jarak untuk bertemu.
Bonus
pict:
Ini
foto doi yang ambil dari kamera hapenya. Padahal dia juga lagi naik boom boom
car. Abis dia ambil foto tanpa sepengetahuanku, tanpa rasa bersalah aku “ngehajar”
boom-boom car-nya habis-habisan. Hahahahha *ketawa jahat*.
0 Creat Your Opinion:
Post a comment